ASESMEN DAN PLANNING MATRIX
A. ASESMEN
1. Pengertian
Beberapa ahli mengemukakan pengertian asesmen seperti berikut ini: Lerner
(Mulyono, 2001) mengemukakan bahwa assesmen adalah suatu proses pengumpulan
informasi selengkap-lengkapnya mengenai individu yang akan digunakan untuk
membuat pertimbangan dan keputusan yang berhubungan dengan individu tersebut.
Selanjutnya Aianscow (Munawir Yusuf , 2007) menjelaskan bahwa assesmen dilakukan
berkenaan dengan pemberian informasi kepada sejawat (teman guru), pencatatan
pekerjaan yang telah dilakukan oleh anak didik, pemberian bantuan pada guru untuk
merencanakan pembelajaran pada anak, pengenalan terhadap kekuatan dan
kekurangan pada anak dan pemberian informasi kepada pihak-pihak terkait (seperti
orang tua, psikolog, dan para ahli lain) yang membutuhkan informasi tersebut.
Sementara itu secara khusus. Sementara itu secara khusus Mcloughlin dan lewis
(Sunardi dan Sunaryo, 2007) menjelaskan bahwa asesmen pendidikan anak berkelainan
adalah proses pengumpulan informasi yang relevan dengan kepentingan anak, yang
dilakukan secara sistematis dalam rangka pembuatan keputusan pengajaran atau
layanan khusus.
Dengan demikian dapat dimaknai bahwa asesmen anak berkebutuhan khusus
adalah suatu proses pengumpulan informasi tentang anak secara menyeluruh yang
berkenaan dengan kondisi dan karakteristik kelainan, kelebihan dan kekurangan sebagai
dasar dalam penyusunan program pembelajaran dan program kebutuhan khusus yang
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan anak.
Identifikasi dan asesmen merupakan tahapan atau rangkaian kegiatan dari suatu
proses pelayanan pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Identifikasi sering
disebut sebagai kegiatan penjaringan, sedangkan asesmen disebut penyaringan
(Direktorat PSLB, 2007). Kegiatan penjaringan biasanya belum tentu dilanjutkan ke
kegiatan penyaringan. Sementara itu, kegiatan penyaringan sudah tentu dilakukan
karena adanya kegiatan penjaringan. Dalam pelaksanaannya, kegiatan identifikasi dapat
dilakukan oleh guru dan pihak lain yang dekat dengan anak, seperti orang tua dan
keluarganya, sedangkan asesmen biasanya perlu melibatkan tenaga profesional yang
ahli dalam bidangnya, seperti psikolog, sosiolog dan terapist.
2. Jenis asesmen dalam pendidikan khusus
a) Asesmen akademik
Asesmen akademik adalah suatu proses untuk mengetahui kondisi/kemampuan
peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK) dalam bidang akademik. Bagi PDBK pada
jenjang preeschool, kemampuan akademik yang perlu digali terkait dengan
kemampuan membaca, menulis dan berhitung. Sedangkan bagi PDBK pada jenjang
pendidikan dasar dan selanjutnya, kemampuan akademik yang perlu digali adalah
terkait dengan semua bidang studi/mata pelajaran yang diajarkan pada sekolah
tersebut.
b) Asesmen non-akademik (kekhususan)
Asesmen kekhususan dalam pendidikan khusus adalah suatu proses untuk mengetahui
kondisi PDBK yang berkaitan dengan jenis hambatan yang disandangnya secara
mendalam komprehensif dan akurat. (Akan dipelajari dalam materi ke 5 pada
pertemuan ke 6 tentang pengenalan program kebutuhan khusus).
c) Asesmen perkembangan
Asesmen non akademik/perkembangan ini adalah suatu proses untuk mengatahui
kondisi perkembangan PDBK yang terkait dengan kemampuan intelektual, emosi,
perilaku, komunikasi yang sangat bermanfaat dalam mempertimbangkan penggunaan
metode, strategi maupun pemilihan alat bantu yang tepat baik dalam penyusunan
perencanaan pembelajaran (akademik) maupun dalam penyusunan program
kebutuhan khusus.
3. Tujuan dan fungsi
Tujuan utama kegiatan asesmen adalah memperoleh informasi tentang kondisi anak, baik
yang berkaitan dengan kemapuan akademik, non akademik dan kekhususan secara
lengkap, akurat dan obyektif.
Sedangkan fungsi asesmen dalam kontek ini adalah untuk membantu guru dan terapis
dalam menyusun perencanaan pembelajaran dan program layanan kebutuhan khusus yang
tepat. Dalam hal ini hasil asesmen dapat difungsikan sebagai kondisi kemampuan awal
(baseline) anak sebelum diberikan layanan baik akademik maupun program kebutuhan
khusus.
4. Sasaran
Sejalan dengan tujuan dan fungsi asesmen seperti diuraikan di atas, maka sasaran asesmen
adalah semua peserta didik yang pada fase identifikasi telah ditetapkan sebagai peserta
didik berkebutuhan khusus.
5. Strategi
a) Menetapkan jenis asesmen yang akan dilakukan (akademik, non-akademik/kekhususan
atau perkembangan)
b) Memilih/mengembangkan instrumen asesmen yang tepat
c) Melakukan asesmen sesuai dengan panduan yang dipersyaratkan.
d) Melakukan tabulasi, klasifikasi dan analisis hasil asesmen.
e) Melakukan case conference terhadap temuan dan hasil analisis tersebut, untuk
menentukan baseline dan penetapan perencanaan pembelajaran/ program
pengembangan/interfensi yang akan dilakukan.
f) Mendokumentasikan semua data hasil asesmen dan kesepakatan hasil case
conference .
B. PLANNING MATRIX
1. Pengertian
Program layanan kebutuhan khusus didasarkan pada simpulan hasil asesmen secara
langsung. Hal ini tidak salah namun materi yang dipergunakan sebagai dasar
penyusunan program masih berupa potongan-potongan simpulan atas hasil asesmen
yang telah dilakukan. Quentin Iskov, Project Officer: Disabilities Department of
Education and Children’s Services (2012) menambahkan satu tahapan lagi sebelum
menyusun program intervensi, yaitu penyusunan planning matrix. Planning matrix
adalah mapping diskripsi tentang kondisi ABK secara individu yang menggambarkan
tentang kondisi actual hambatan karakteristiknya, dampak, strategi layanan dan media
yang diperlukan dalam intervensi. Deskripsi mapping karakteristik kebutuhan khusus
tersebut selanjutnya disusun skala prioritas yang menggambarkan urutan urgensi
masalah yang perlu segera ditangani. Oleh sebab itu dengan adanya planning matrix ini,
guru pendidikan khusus menjadi sangat terbantu, karena untuk menetapkan program
layanan kebutuhan khusus, tinggal menyusun program layanan kebutuhan khusus
tersebut sesuai dengan skala prioritas yang telah diperoleh. Pada awalnya planning
matrix ini dibuat untuk anak autis spectrum disorder, namun dalam perkembangannya,
ABK dengan hambatan lainnya juga menjadi sangat terbantu dengan plaanning matrix
ini. Jenis hambatan/kelainan pada ABK yang selanjutnya dapat dirumuskan.
2. Tujuan
a) Memetakan kondisi aktual akademik maupun kekhususan ABK
berdasarkan hasil asesmen yang telah dilakukan
b) Menganalisis dampak dari masing-masing aspek kondisi aktual ABK baik
akademik maupun kekhususannya.
c) Menganalisis strategi layanan yang tepat pada ABK sesuai dengan kondisi
dan kebutuhan khusus ABK baik akademik maupun kekhususannya.
3. Fungsi
a) Memudahkan guru/terapis dalam menetapkan kondisi awal aktual
(baseline) ABK baik aspek akademik maupun kekhususan.
b) Membantu guru/terapis dalam mempuan mapping kondisi ABK secara
komprehensif.
c) Memudahkan guru/terapis dalam menetapkan skala prioritas layanan
kekhususan yang harus segera dilakukan.
4. Prosedur pengembangan planning matrix
a) Mengkategorikan data hasil asesmen berdasarkan jenis hambatan/
kelaianan ABK.
b) Membuat tabel mapping ABK berdasarkan jenis hambatan/kelainannya
sesuai dengan temuan asesmen.
c) Menuangkan temuan kondisi aktual karakteristik ABK pada tabel mapping
yang telah dibuat.
d) Menganalisis dampak temuan kondisi aktual ABK dan dituang pada tabel
yang telah dibuat.
e) Menganalisis strategi layanan pada setiap temuan kondisi aktual ABK dan
dituangkan pada tabel yang telah dibuat.
f) Menganalisis skala prioritas layanan berdasarkan berat ringannnya
dampak yang telah dituangkan pada tabel tersebut.
sumber: gurubelajar.kemdikbud.co.id
EmoticonEmoticon